Beranda | Artikel
Dahsyatnya Fitnah Menggoncang Keimanan
Rabu, 24 Februari 2010

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah melakukan amal-amal (ketaatan) sebelum datangnya fitnah-fitnah (cobaan) yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita. Seseorang di pagi hari masih beriman dan di sore harinya telah menjadi kafir. Atau di sore hari beriman, lalu di pagi harinya menjadi kafir. Dia rela menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan di dunia.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [2/198])

Hadits yang agung ini memberikan pelajaran, di antaranya:

  1. Hadits ini berisi anjuran untuk bersegera beramal salih sebelum tiba saat-saat sulit melakukannya karena disibukkan oleh berbagai bentuk fitnah yang melanda dan bertumpuk-tumpuk sebagaimana lapisan-lapisan malam yang gelap tanpa ada cahaya rembulan yang menyinarinya (lihat Syarh Muslim [2/198])

  2. Suatu terpaan fitnah yang bertubi-tubi bisa menggoyahkan keimanan seseorang, sampai-sampai dalam rentang waktu yang tidak lama hal itu membuat keimanannya mengalami perubahan yang sangat drastis. Hal ini menunjukkan betapa keras fitnah yang menerpa dirinya (lihat Syarh Muslim [2/198])

  3. Fenomena semacam ini semestinya menumbuhkan rasa takut dalam diri setiap hamba. Karena tidak ada jaminan kalau dirinya bisa selamat tatkala menghadapi terpaan fitnah yang ada. Ibnu Abi Mulaikah mengatakan, “Saya bertemu dengan tiga puluh orang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara mereka semua merasa takut kemunafikan bercokol di dalam dirinya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari secara mu’allaq). Allah ta’ala menceritakan doa Nabi Ibrahim dalam ayat-Nya (yang artinya), “-Wahai Rabbku- jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah patung-patung.” (QS. Ibrahim: 35). Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Ibrahim at-Taimi mengatakan, “Lantas, siapakah yang bisa merasa aman dari bencana setelah Ibrahim?” (dinukil dari Fath al-Majid, hal. 72). Kalau mereka saja -orang-orang yang telah jelas kesalihannya- merasa takut akan fitnah yang menimpa, maka bagaimanakah lagi dengan kita dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada pada diri kita ini? Allahul musta’aan.

  4. Rasa takut terhadap dampak dari fitnah yang melanda itulah yang seharusnya memacu seorang hamba untuk lebih mendekatkan diri dan bergantung kepada Rabbnya. Karena tidak ada yang menguasai segala urusan, manfaat dan madharat, keselamatan dan kecelakaan, kecuali Dia Yang di tangan-Nya segenap kerajaan langit dan bumi. Oleh sebab itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada para sahabatnya, “Berlindunglah kalian kepada Allah dari fitnah-fitnah, yang tampak ataupun yang tersembunyi.” Maka mereka -para sahabat- mengatakan, “Kami berlindung kepada Allah dari fitnah-fitnah, yang tampak ataupun yang tersembunyi.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [9/133])

  5. Hadits ini menunjukkan bahwa rasa takut yang terpuji adalah yang menuntun pemiliknya menuju ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Bukan rasa takut yang menyeret pemiliknya ke dalam sikap putus asa dari rahmat Allah.

  6. Hadits ini menunjukkan bahwa setiap hamba diperintahkan untuk menempuh sebab agar dirinya bisa terselamatkan dari berbagai bentuk fitnah yang melanda umat manusia.

  7. Hadits ini menunjukkan keutamaan bersegera dalam beramal dan tidak menunda-nunda amalan.

  8. Hendaknya setiap orang pandai-pandai memanfaatkan waktunya dan tidak menyia-nyiakannya

  9. Orang yang selamat dari fitnah adalah orang yang tetap memegang teguh ajaran agamanya dan tidak tertipu oleh dunia. Oleh sebab itu Nabi menyebutkan ciri orang yang binasa akibat fitnah adalah yang rela menjual agamanya demi mendapatkan dunia.


Artikel asli: http://abumushlih.com/dahsyatnya-fitnah-menggoncang-keimanan.html/